Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2014

puisi untuk sang generasi

"SADARLAH GENERASI BANGSA" mentari pagi kembali tebarkan kehangatan.. mengajakku membuang kusutnya helaian kain kumal yang ada di badanku.. kuawali pagi ini dengan senyuman, yang kubagi kepada sang linai yang masih menari, menggoda menawannya sang merpati.. dari kejauhan tempatku berdiam, kudengar seok seok alunan langkah kaki tak beraturan, yang sepertinya kelaparan dan kehausan.. benar rupanya, yang kuduga. diujung sana bayangan sosok raga manusia tergambar dengan jelasnya, dengan kusut muka dan pakaian alaa kadarnya. dengan gemetar, kucoba tuk langkahkan, dan dengan rasa yang tak terarah,  aku berusaha tuk menghampirinya. dia palingkan wajah mungilnya ke hadapanku, serentak, bak jantung tak berdetak, air mata ini menetes begitu banyak, mengalir bak aliran air yang mencecah batuan, meretak. ya Tuhan, begitu maangnya dia.. heii. lihatlah dia. tubuhnya, tangannya pakaiannya , semua serba bersimbah darah. apa ge...

puisi ~FENOMENA ALAM~

hai sob.. :D.. mau nulis puisi lagi nih :v.. daripada ngga ngapa ngapain. btw.. puisi ini puisi yang pertama yang aku tunjukkin ke guruku SMP. ya.. dan hasilnya lumayan memuaskan :D.. guruku punya nama Drs.Purnomo. guru bahasa indonesiaku yang bisa dibilang termasuk dalam kategori guru favoritku :D.. hehe. happy enjoy it ya ;) Rekahan Cahya di Langit Senja merah, kuning, hijau,  pun tak lupa jingga dan biru.. bak keselarasan simfoni nan megah nan menyejukkan mata mana yang memandangnya.. tetesan embun yang menyejukkan, kala rintik rintik hujan gerimis membasahi sementara. bersama saling melengkapi menebar aroma, nan lembut menyempurnakan lembutnya langit jingga pun keindahan warna senja.. uraian untaian cahya merekah malang melintang di angkasa memecah keindahan langit utara, mencipta pesona, setiap mata yang kala itu mendapatinya.. berakhir di kelembutan cahya purnama mengucap salam kepada semua jiwa yang mengetahuinya menitip pesan tuk...

puisi "Fenomena Alam"

"Aurora, Cahaya di Ufuk Utara" terpancar cahaya berwarna jingga bercampur warna merah nan serasi dan indah di ufuk langit utara, nan mempesona.. berjuta mata yang meihatnya berjuta raga yang mengaguminya, pun aku salah satunya.. indahnya karya Sang Mahakuasa aurora, Mahakarya terindah yang pernah ada, dalam perjalanan masa.. dunia, semakin begitu mengagumkan dibuatnya, seolah tiada bandingnya, tiada tara hamburan sinarnya di angkasa, memecah langit langit sana seakan terbelah, bercermin nan indah.. syukur, kagum, terimakasih atas Nikmat-Nya, mungkinhanya itu yang mampu terucap, dari kalimat dan kata kata para hamba.. Terimakasih Sang Maha Pemurah fenomena ini begitu membuatku terpanaah..  Karya : Farikhah Qumairoturrohmah

Puisi Syukur

Cahaya Tanpa Lentera aku, berada disini dengan berteman kelembutan tetes hujan menatap langit malam tanpa terpancar bintang berusaha mencari keindahan dari liku kehinaan belajar mensyukuri apa yang ada dari batas pandangan beruntung aku dan sangat beruntungnya aku Tuhan masih memberikan kebahagiaan di hidupku yang parah dan kubuat melukaiku bersyukur aku masih bisa berada disini menarik selimut beranjak pergi ke alam mimpi.. pun aku tak bisa bayangkan.. bagaimana mereka yang kedinginan.. bernafas, menghirup udara beraroma penderitaan berkata terbata tersungkur dengan penistaan hari tanpa kesedihan.. itu mustahil tuk mereka dapatkan... namun, mereka dapat tutupi luka batin itu dengan senyuman.. tak terlintas dalam angan diatas bayang.. seberapa kuat kesabaran mereka sebenarnya? ikhlaskah mereka atau pasrahkah.. atau.. atau mereka tak mampu lagi bercerita tentang kehidupannya..? atau memang terlalu banyak pendustaan yang mereka terim...

Puisi Harapan

aku nemuin puisi ini di salah satu file di laptopku. kayaknya aku buat ni sehari sebelum ada ujian di sekolahku. dan kayaknya lagi.. aku waktu itu ngga ada semangat buat ngerjain ujian. kayak ketakutan gitu :v.. nggatau harus ngapain :v. haha.. takut kalok nilainya jeblok kali ya :v.. haha. yauda. happy enjoy it ya ;) Belum Ada Judul denting jarum jam di dinding kamarku… YA TUHAN.. begitu cepatnya waktu ini akan berlalu… Aku belum mau untuk bangun dari bangku.. Aku masih betah untuk Kau buat menunggu.. Mungkin susunan takdir yang memang Kau susun untukku Tidak hanya aku.. tapi kawanku.. Begini rasanya jadi seorang pengejar waktu.. 24 jam sudah terlewat.. tapi terasa sangat lambat.. Itu dulu.. namun sekarang 2 jam belum berlalu… rasanya begitu cepat.. Apa beda dengan kemarin dan waktu lalu? Ya ya aku tau.. ini hanyalah ilusi kehidupan.. Mungkin saat ini jiwa ragaku tertekan.. Atau mungkin.. aku sangat memikirkan .. hari esok Yang entah cerahka...

Puisi Pendidikan

"Sesal Kami disini" kami terdiam disini.. di padang pasir, pucat pasi dan di tengah senja sang mentari. kami hilang arah, pandangan pikiran, dan kebiasaan.. entah apa yang telah kami perbuat, dan  yang kami lakukan.. kami masih terbebani tanda tanya yang begitu mendesak batin, jiwa dan raga.. kami masih mencoba menelaah kesalahan pada sosok kami yang tidak tegar, tidak sabar dan hina. kami sudah sadari kami punya kekurangan. kami sudah mengerti kami punya halangan, pikiran. kami akui kami sudah bukan kami lagi.. tapi kami masih..  butuh penjelasan dan pengarahan tuk jalani hidup kami yang lebih panjang lagi dari ini.. yang lebih rumit lagi dari yang sekarang belum terlampaui pun, kami berusaha mencoba merubahnya semoga hari esok, kami bisa lakukannya agar kami bisa banggakan orang tua kami semua dan agar kami mampu raih mimpi kami yang tak terbatasi maafkan kami yang telah tidak seperti  waktu pertama dulu lagi.. ...

''Puisi Untuk Wakil Rakyat"

Gambar
    Kami Juga Butuh Keadilan kau duduk disana dengan tenangnya kau pandangi mereka tanpa ada rasa bersalah dan berdosa kaupun tak bantu,  menghina hanyalah yang kau bisa tak apa kau tak kesana , tak masalah tak kau kunjungi mereka tapi berikanlah, berikanlah. Biarkanlah dan lepaskanlah itu bukan hak yang ditujukan dirimu oleh bangsa kau hanyalah kepercayaan bagi mereka yang ditunjuk negara tidakkah kau mengenal jabatan yang kau jalani disana tak sadarkah kau gelar gelarmu menyanding beban dan wibawa tidakkah engkau malu makan dan minum dengan hak mereka masihkah engkau nafsu menyuapkan sepucuk nasi merah kedalam mulutmu sementara lihatlah mereka tidakkah kau menyadarinya tak patut kau menjadi raja.. tak patut kau disegani oleh masyarakat dan anggota untuk apa kau ada, jika mereka harus tidak ada.. tidakkah lebih baik kau angkat kaki dan sembunyi dibawah meja? Atau kau benturkan kepalamu saja? Atau kau bunkam mulutmu itu den...